Pematang Siantar BoaBoaNews
Mendung Proyek Desember, Kota Siantar Ngebut menjadi topik diskusi kecil kami, ketika ngopi di kedai Kopi Bina, kemarin sore.
Mending Proyek Desember menjadi topik ketika Siantar sekitarnya sudah Seminggu ini tidak disinari Cahaya Matahari, sementara Program Pekerjaan Phisik Pemerintah Kota Pematang Siantar, yang sedang dikebut menambah kelamnya suasana di beberapa Ruas Jalan dan Pemukiman yang terganggu disaat-saat sebagian besar Warga Kota Pematang Siantar, merayakan hari besar Agama yang dianut mayoritas warganya.
Diskusi dadakan yang mencoba membedah Proyek Dedbernya Pemko diduga terlambat akibat persekongkolan elit-elit Trias Politiknya Kota ini
SAP peserta diskusi yang melempar duhaan tersebut adalah seorang Praktisi yang sudah sangat paham tentang proses panjang lahirnya Proyek. Sejak Musrenbang hingga di tetapkan menjadi APBD hingga ditetapkan menjadi Kontrak Kerja untuk dikerjakan Rekanan.
Seandainya tak ada tarik menarik kepentingan di tingkat Elit, Proyek Pembangunan ini sudah harus tuntas di Oktober yang lalu, cetus SAP serius, namun karena tidak adanya kesepakatan, maka Program yang sudah di Perda kan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2022 di awal tahun, tak kunjung dilaksanakan hingga Nopember.
Lalu Perubahan APBD yang di gelar di bulan Nopember mengulang kembali Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD, kembali memuat Program yang sama di APBD Induk, ditambah Program Phisik yang baru diusul, akhirnya disepakati di P(Perubahan) APBD yang diketuk di ujung Nopember.
Untuk merasionalkan pelaksanaan Proyek, maka SPMK (Surat Perintah Memulai Kerja) Proyek dimodifikasi seakan akan sudah dimulai sebelum Desember, namun akibat curah hujan yang tinggi, akhirnya para Rekanan, berjibaku dengan dibayangi sanksi keterlambatan maupun pemutusan kontrak para Rekanan mencoba berimprovisasi, untuk menghindari sanksi yang mengancam.
Masyarakat pun banyak yang komplain akibat pekerjaan para Rekanan yang menggangu, seperti Gslian Gorong-gorong yang memotong Jalan Pane, sudah hampir sebulan, namun tak kunjung dikerjakan, demikian juga Galian Drainase di berbagai Ruas Jalan yang sengaja ditumpuk di pinggir jalan, sangat mengganggu pengguna Jalan, terutama di Pelukan seperti di Jalan Kemiri Perluasan, dan di beberapa tempat, yang di musim hujan semakin menyulitkan Warga yang beraktivitas, namun para Rekanan tidak menghiraukan protes warga walau ketika ditegur, selalu menjawab segera dirapikan, namun hanya sekedar pemanis saja, pelaksanaan ternyata nol.
Masih komentar SAP sang Praktisi, mengatakan bahwa masih banyak Rekanan belum menerima SPMK yang belum diterbitkan oleh LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) sehingga tidak berani memulai pekerjaan.
Kesulitan Rekanan semakin lengkap ketika dipenghujung tahun ini Proyek Phisik serentak dikerjakan yang mengakibatkan Pasokan Bahan Material tersendat akibat stok yang sangat terbatas. Batu pecah sulit ditemukan saat ini, ucap Tim, yang juga seorang Rekanan. Pasokan Batu Pecah saat ini harus di import dari Boluk(sayu tempat di kabupaten Simalungun yg berjarak 70 km dari Siantar)ujar Tum. Sudah harganya naik 50%, materialnya juga terbatas, karena penambang nya hanya sedikit.
Uniknya pelaksanaan Proyek yang selalu numpuk di Akhir tahun, bukan lagi cerita baru di Siantar ini.
SAP Menduga persekongkolan di Elit Siantar ini yang memaksa kondisi seperti ini. Bukan Rahasia lagi, bahwa paket-paket Proyek tersebut habis di bagi-bagi oleh para Elit, makanya tak heran jika beredar informasi yang mengungkapkan, paket di Jl, X itu milik Mr Dewan A, yang petinggi Legislatif, yang di Jl. Y milik Mr APH dan yang di Jln Z milik Mr B yang kerabat Petinggi Eksekutip dan lain-lain.
Catatan kami dari diskusi kecil kemaren Pelaksanaan Proyek saat ini terkendala oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Dikerjakan tidak sesuai Rencana, seperti Pekerjaan Drainase yang hanya mengupas plesteran lama diganti dengan Plesteran baru, walau di kontrak harus memasang Batu Pecah.
2. Dinas TARUKIM dan beberapa Dinas, diduga menetapkan Proyek Baru pada titik-titik yang seyogianya belum layak untuk dibangun kembali seperti Drainase yang hanya retak retak di permukaan plester nya saja.
3. Penunjukan Lokasi yang belum terintegrasi, sehingga terhambat di titik lanjutan, seperti di Perapatan Jl Pane-RSU.
4. Waktu kerja yang mepet, tidak sampai 30 hari kerja.
5. Curah hujan yang tinggi.
6. Material yang langka.
Maka Jadilah Proyek kepepet tahun 2022 ini berpotensi:
1. Pelaksanaan Proyek berkwalitas sangat rendah.
2. Dikerjakan tidak sesuai bestek, sebagian tidak dikerjakan, mencuri waktu dan material)
3. Pekerjaan tidak selesai di tahun Anggaran maupun kalender 2022
4. Kontrak diputus sebelum pekerjaan selesai.
5. Pekerjaan menyebrangi Tahun (melanggar peraturan)
6. Mengganggu kenyamanan Masyarakat lebih lama akibat pekerjaan yang tak sesuai aturan (material galian drainase yang masih ditumpuk di pinggir jalan, yang seharusnya langsung diangkut).
7. Rekanan Rugi.
Pemerintah Kota Siantar diminta tidak lagi mengulang kesalahan mendukung pekerjaan Proyek di bulan Desember.
Orang pintar bilang: Keledai sekalipun tak akan terperosok dia kali ke lobang yang sama, apalagi…..????
Penulis: Oktavianus Rumahorbo
Nara Sumber: Sapar, Tosin, Sarif, Tupan