Simalungun BOABOANEWS
Para petani pisang barangan di Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara mengeluhkan anjloknya harga buah pisang. Akibatnya, petani memilih membiarkan buahnya yang sudah matang membusuk di pohon. Karena, biaya yang dikekuarkan untuk memanen tidak sebanding dengan hasilnya.
Sinaga, Petani Pisang di Nagori Ujung Bondar Kecamatan Dolok Panribuan mengatakan, dirinya kini lebih memilih untuk membiarkan buah pisangnya yang sudah matang membusuk di pohon. Karena, harga untuk memanen tidak sebanding dengan hasilnya.
“Padahal sebelumnya, harga pisang cukup bagus yakni mencapai Rp 7 ribu per sisir,” keluhnya kepada awak media ini, Kamis (09/12/2021).
Penyebab turunnya harga pisang barangan tambahnya, belum diketahui secara pasti. Tapi, 3 (tiga) bulan lalu sudah mulai mengalami penurunan. Akibatnya, petani pun memilih untuk tidak memanen dan membiarkan buahnya membusuk di ladang.
Sinaga menjelaskan, sebelumnya sebagian besar petani di Kecamatan Dolok Panribuan membudidayakan tanaman Pisang Barangan. Karena, budidaya pisang barangan sangat menjanjikan. Tapi sayang, harga pisang terus menerus turun. Dengan anjloknya harga ini dinilai tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan petani. Saat ini petani hanya bisa pasrah akibat anjloknya harga pisang. “Sekarang kami hanya bisa pasrah. Kami berharap agar pemerintah juga bisa turut serta membantu petani dalam hal pemasaran, supaya harga hasil pertanian dari petani ini bisa seimbang sesuai dengan jerih payah petani,” tandasnya pria berkulit hitam ini.
Senada dengan Sinaga, Saragih, petani pisang lainya juga berharap harga buah pisang kembali naik sehingga bisa membantu memulihkan perekonomian petani ditengah pandemi Covid-19. ”Karena kalau harganya terus murah, bagaimana nasib kami para petani,” ungkapnya.(AS).
Keterangan foto : Tampak buah pisang barangan membusuk di pohon akibat harga anjlok.