Samosir – Boa Boa News | Berniat serius prakarsai pelestarian dan penyemarakan kembali seni musik tardisional Batak Toba di seputaran Sumatera Utara khususnya di Samosir dan se-kawasan Danau Toba, kini Martahan Sitohang sang maestro musik tradisional Batak Toba memilih kembali ke kampong halaman, Samosir dan kini berdomisili di rumah peninggalan orangtuanya di Huta Upa Gordang, Desa Turpuk Limbong, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.
Ditemui di kediamannya belum lama ini, Martahan mengakui setelah puluhan tahun berkarya di berbagai daerah dan terakhir di Jakarta, dirinya belakangan sudah kembali atau setidaknya sudah lebih banyak waktu tinggal di Samosir. Ayah dua anak ini mengaku tertarik memajukan bidang musik tardisional Batak Toba di seputaran kawasan Danau Toba sekaitan pengembangan kawasan ini sebagai destinasi wisata super prioritas Nasional.
Martahan pun dapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari Kepala Desa Turpuk Limbong, Viktor Sinaga. Viktor yang diwawancarai berdampingan dengan Martahan menerangkan, setelah sebelum ini cukup lama tinggal di Jakarta, satahun terakhir Martahan yang beristri boru Lumban Gaol ini secara administrasi sudah menjadi warga Samosir. “Saya meminta Pak Martahan untuk serius semarakkan kembali musik tradisional di Samosir. Bahkan saya yang minta agar domisili di sini dan kenyataan setahun terakhir ini sudah pindah KK ke sini.” Sebut Viktor.
Untuk mengetahui atau melihat sejumlah fakta manifestasi talenta Martahan sebagai penggagas, kreator, maupun sebagai musisi dalam berbagai event, konser atau kontes musik tadisional Batak Toba, dapat dilacak melalui media massa elektronik seperti melalui pencarian google maupun you tube. Temasuk penampilan bersama saudara-saudara sekandungnya yang juga seniman musik tradisional Batak Toba yang populer seperti Lasnur Maya Sitohang, Martogi Sitohang, Junihar Sitohang dan Hardoni Sitohang.
Termasuk gelaran Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2021 yang berlangsung di Kecamatan Harian, Samosir pada akhir Oktober 2021 lalu, juga tidak terlepas dari andil Martahan. Dimana Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Anwar Makarim turut hadir dalam rangkaian acara itu dan Menteri Nadiem juga menyambangi kediaman keluarga Martahan di Huta Upa Gordang yang tak jauh dari lokasi pelaksanaan Festival.
Sekarang ini dan dalam rencananya ke depan, Martahan mengatakan dirinya lebih memosisikan diri untuk peranan sebagai kreator dan inisiator dalam upaya pengembangan bidang seni musik tradisional Batak Toba. Sekarang ini kata Martahan dirinya menginisiasi beberapa komunitas dan sanggar seni musik tradisional Batak Toba seperti di Tipang dan Silaban di Kabupaten Humbahas juga dengan komunitas Pondok Kreatif di Parapat.
Saat ini Martahan juga menginisiasi kegiatan belajar musik tradisional Batak Toba dan pembelajaran teknik produksi alat musik tradisional Batak Toba yang dilakukan di lingkungan tempat tinggalnya di Huta Upa Godang. “Bukan hanya inisiasi pembelajaran memainkan alat musik, termasuk untuk pembelajaran teknik memproduksi alat musiknya.” Sebut Martahan.
Martahan adalah anak kesepuluh dari sebelas orang anak dari almarhum Guntur Sitohang yang dikenal sebagai budayawan, pencipta lagu dan pemusik tradisional di Sumatra Utara, sekaligus pembuat alat musik tradisional Batak Toba.
Guntur Sitohang yang menikah dengan Tiamsah Habeahan pada ahun 1964, dianugerahi anak tertua Megawati Sitohang, Baktiar Sitohang, Lasnur Maya Sitohang. Selanjutnya Martogi Sitohang, Junihar Sitohang, Rumonang Sitohang, Hardoni Sitohang dan Naldy Sitohang (yang sekarang menyeriusi bengkel kerajinan produksi alat musik milik keluarga mereka). Kemudian Senida Sitohang, Martahan Sitohang dan anak yang paling bungsu Elfrida Sitohang.
Dari sebelas orang anaknya, lima diantaranya mewarisi darah seni Guntur Sitohang yakni Lasnur Maya Sitohang, Martogi Sitohang, Junihar Sitohang, Hardoni Sitohang dan Martahan Sitohang. Dari kelimanya, dua diantaranya memperdalam pengetahuan musiknya lewat pendidikan formal di akademi yakni Martogi dan Martahan Sitohang.
Martahan Sitohang sendiri adalah lulusan Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara. Martahan yang mahir memainkan semua alat musik tradisi Batak Toba ini juga mengenyam pendidikan S2 di IKJ Jakarta.
Sekarang ini, Martahan yang piawai memainkan semua jenis alat musik tradisional Batak Toba ini juga memberi perhatian terhadap usaha kerajinan produksi alat musik tradisional Batak Toba yang dikelola keluarga mereka. Usaha ini merupakan warisan dari ayah mereka, Guntur Sitohang.
Usaha keluarga ini dikendalikan Naldi Sitohang, abang dari Martahan. Hingga saat ini, keluarga Sitohang salah satu yang konsern menekuni usaha kerajinan produksi alat musik tradisional Batak Toba. Bengkel produksi yang masih dikelola ala usaha rumahan memanfatkan bangunan rumah peninggalan orang tua mereka di Huta Upa Gordang, Desa Turpuk Limbong, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.
Tampak beberapa alat musik tradisi yang pada umumnya berbahan dasar kayu yang diproduksi bengkel kerajinan keluarga ini seperti kecapi, garattung, taganing, seruling termasuk sordam, tulila dan saga-saga. Kelurga Sitohang inipun mengutarakan angan-angan mereka yang belum tercapai untuk dapat memproduksi alat-alat musik tradisional Batak Toba dalam jumlah dan varian yang cukup dan dapat memiliki galeri untuk promosi dan pemasaran. (smr-01)