BOABOANEWS ✍️
*Kepemimpinan Algoritma di Era Digital*
_Saat ini banyak hal yang terjadi karena dilandaskan oleh algoritma. Polisi bergerak mencari pembunuh dari film Vina, dan film vina itu dibentuk dan disebarluaskan oleh dunia digital, dibicarakan secara terus menerus sehingga algoritmanya terbentuk._
_Di Indonesia sudah ada pembicaraan bahwa algoritma yang paling sulit diterka adalah Tiktok, tidak mengherankan sekarang pemerintah AS, kongres ingin menghentikan Tiktok, mereka khawatir algoritma atau konten yang ada di Tiktok ini masuk kepada pikiran warga AS dan kemudian mempengaruhi pikirannya._
| *Prof. Dr. Rhenald Kasali*
Akademisi & Praktisi Bisnis – UI.
Pada awalnya tagar atau # : kabur aja dulu, Indonesia Gelap, dll adalah celotehan di media sosial yang bersifat organik, alamiah yang berawal sekitar September 2023 dari anak² bangsa yang menjadi ekspatriat dan imigran karena sulitnya mendapatkan lapangan kerja di tanah air. Namun, nampaknya kurang mampu direspon secara positif para pemimpin (baca: menteri terkait).
Namun, di penghujung 2024 dan di awal 2025 ini, tagar² tersebut menjadi anorganik atau berbaur secara politik dan kemudian berkembang menjadi isu algoritmik yang berdampak luas mempengaruhi pikiran masyarakat. Jadinya, apa yang diputuskan pemerintah nampaknya disikapi terbalik oleh netizen dan bahkan para _booster_ atau _buzzer_ yang pro pemerintah nampaknya tidak cukup handal untuk menetralkan pemikiran para netizen yang disebabkan oleh dampak _enpowering-reality_ dari model algoritma yang berkembang di tiktok dll tersebut.
Dugaan praktik korupsi dan _mark-up_ yang terjadi dalam proses pengadaan _gasoline_ di Pertamina nampaknya berkembang secara algoritma dengan isu pengoplosan BBM yang berdampak sangat luar biasa mempengaruhi pikiran konsumen seolah-olah mereka membeli BBM tidak dengan kualitas yang sebenarnya.
Saya, masyarakat awam dengan latar enjiner masih sangat menyakini bahwa konsumen tidak dirugikan dengan BBM pertalite, pertamax dst yang diterimanya dari SPBU Pertamjna. Namun, tent, saya perlu klarifikasi dan disklaimair bahwa saya bukan ‘corong’ Pertamina apalagi sangat mendukung Kejaksaan Agung, Kepolisian dan KPK beserta Instansi Teknis Pemerintah untuk segera menindaklanjuti pernyataan Presiden dalam. pemberantasan korupsi dengan model tata-kelola yang menyeluruh, bukan parsial dan bukan pula untuk modus mengganti pemain atau operator dengan yang baru namun hulunya tidak meledak.
Simpulan, masyarakat perlu memahami dan berhati-hati dengan model dan gaya kepemimpinan algoritma akibat pembicaraan² yang timbul di tiktok, Instagram dan media sosial besar lainnya.
Sebagai warga negara, saya sangat mengapresiasi dan percaya Pak Prabowo dan timnya benar-benar mengawal kabinet merah-putih untuk memberikan yang terbaik bahkan nampaknya akan mampu melampaui capaian target pertumbuhan ekonomi 8%, dengan melakukan perbaikan tata-kelola yang semakin baik.
Penulis: Ir Ultri Simangunsong MT


Terimakasih.
🇲🇨
*Catatan :*
Photo hanya pengingat tentang KKN
Tulisan berikutnya :
(Seri Investasi)
“Apa manfaatnya Bank Emas & Danantara bagi Publik?” yang juga nampaknya berdampak algoritmik yang mempengaruhi pikiran netizen secara negatif.