Oleh: Oktavianus Rumahorbo.
3.Farida Sitorus.
Bintang INRI dan Sopo Safari, Dua lembaga yang Dia Kelola sekaligus, bersama suaminya Samuel Laosi, di Sudut terpinggir Kota Siantar. Ya sudut terpinggir Kota Siantar.
Penulis yang berkunjung ke Sopo Safari, harus 2 X memutar Arah karena salah arah. Kami menyusuri Jalan Medan, menuju arah terminal Tanjung Pinggir dan menyisir Jalan mulus, Aspal Beton menuju TPA Tanjung Pinggir, lalu bertanya arah ke Suka Selamat, setelah 2 X lagi bertanya, dan terpaksa 2 X memutar arah, karena salah arah, akhirnya tiba di sebuah Jalan yang menuju Sopo Safari.
Seorang Ibu yang menyapa kami dengan ramah, menunjuk sebuah Bangunan yang diselimuti Tenda Biru, Bangunan 2 lantai yang masih gantung,(pembangunan belum selesai) di Ujung Jalan Buntu, kira-kira 200 meter dari jalan Raya, Tinggal saja kendaraannya disini Pak, nanti nggak bisa mutar disana, lanjut Ibu Ramah mengingatkan.
Dengan berjalan kaki kami menyusuri Jalan yang sudah diperkeras dengan Beton, sebenarnya muat untuk dilalui Kendaraan Roda 4, namun karena halaman Sopo Safari dipenuhi Material Bangunan, kami disarankan untuk jalan kaki.
Kami tiba di Sopo Safari disaat Bung Salas, dan anak2 sedang makan siang, namun kehadiran kami tak mengganggu aktivitasnya, sambil menyuapi anak Salas berbincang dengan BoaBoaNews, sembari menunggu istrinya Farida yang masih berbenah di dapur.
Awalnya bimbingan belajar untuk anak-anak Pemulung, ketika Farida bersama PERKANTAS (Persekutuan Mahasiswa Kristen Antar Fakultas) Universitas Medan(Unimed) menggagasnya di 2010 lalu, tutur Salas mengawali, itulah Cikal Bakal lahirnya Pelayanan di Jalan Sunyi di tempat ini, lanjutnya.
Bermula dari keprihatinan Farida, melihat banyak anak-anak tetangganya yang tak fokus belajar, karena turut mengais rezeki di tumpukan sampah, yang pasti tidak sehat itu, banyak anak-anak usia sekolah yang terpaksa drop out, karena tak mampu mengikuti pendidikan formal di Ruang Kelas, karena sering bolos untuk memulung. Sedangkan di rumah tak lagi bergairah untuk belajar karena kecapekan memilih milah dan membersihkan barang bekas yang bernilai jual.
Farida menggagas Home Scooling, mengajak Perkantas bersama-sama merintis masa depan anak pemulung.
Dengan Modal Semangat, Bintang INRI berdiri, dan mulai mengumpulkan, memotivasi, memfasilitasi dan mengajar anak-anak di Teras Rumah Farida yang menjadi Cikal Bakal Markas Bintang INRI dan Sopo Safari. Awalnya hanya 2-3 Anak, sebagian besar masih enggan, sebahian ada yang masih menonton dan menunggu arah keguatan tersebut.
Farida bersama kawannya di Perkantas tak Risau walau hanya beberapa anak yang aktip, namun seiring waktu dan melihat perkembangan Anak yang di didik Farida dan kawan-kawan(dkk), satu demi satu, Anak-Anak yang awalnya Enggan ikut, akhirnya ramai-ramai mendaftar, membuat Farida dkk semakin sibuk.
Dengan semangat keprihatinan, anggota Perkantas, bergantian mengajar dan mendidik anak anak Bintang INRI, tenaga, waktu dan pikiran serta uang jajan dari Orangtua mereka korbankan demi memfasilitasi aktivitas mereka. Alat Peraga, buku-buku, alat tulis, whiteboard, spidol bahkan makanan bergizi mereka sediakan.
Waktu bergulir, Hari berganti Minggu, Minggu berganti Bulan dan Bulan berganti Tahun, ternyata Jalan Sunyi yang mereka tempuh berdengung hingga ke Pusat Perkantas di Jakarta, PERKANTAS Pusat melihat kesungguhan Perkantas Siantar, mereka mengutus Kurir, Samuel Laosi dari Perkantas STT Bandung, hadir di Bintang INRI.
Samuel yang Sarjana Theologi Bandung mengapresiasi upaya Farida dan Anggota Perkantas lainnya, Samuel jatuh cinta ke Aktivitas Perkantas dan Bintang INRI, serta FARIDA sekaligus, jatuh cinta borongan, akhirnya mengirim Samuel seusai Studinya rampung di Bandung.
Anggota Perkantas, silih berganti menggumuli pelayanan di Bintang INRI Seusai merampungkan Studi, aktivis Perkantas mencari pekerjaan dan berpusah dengan Bintang INRI, namun Farida Sitorus yang cintanya sudah mendalam dengan anak-anak Pemulung, memilih tetap setia mendampingi mereka, usai merampungkan program studi Ekonomi di Unimed, Farida terjun bebas di Bintang INRI mendidik anak anak di seputar Tanjung Pinggir.
Puji TUHAN, Animo anak-anak Tanjung pinggir untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi, semakin tinggi, mereka ‘menuntut’ Farida menyediakan Bimbingan Belajar agar anak didik mereka bisa melanjut ke PT Negeri. Farida konsultasi ke Perkantas dan bersama kawan kawan memfasilitasi permintaan anak didik mereka. Orang tua yang tadinya cuek kini berbalik mendukung, bahkan bersedia menyidihkan penghasilan memulung untuk masa depan anak-anak mereka.
Dengan sumbangan tidak menentu, Farida dkk mensyukuri dukungan mereka, para Anggota Perkantas yang volunteer, bisa lebih lancar membimbing, karena fasilitas peraga semakin memadai, walau mereka tetap berlorban waktu, pikiran dan uang jajan. Yang lebih membangfakan Farida dkk, anak-anak yang putus sekolah juga ‘menuntut’ untuk bisa sekolah, meskipun Paket A,B dan C.
Sekali lagi Farida dkk harus berimprovisasi dan berinovasi memenuhi ‘tuntutan’ anak-anak usia sekolah tersebut. Dengan segala keterbatasan akhirnya Bintang INRI dapat memfasilitasi kebutuhan Paket,A,B dan C tersebut.
Tak ada Pesta yang tak berakhir, kata ‘orang pintar’ demikian juga dengan Perkantas di Bintang INRI Tanjung Pinggir. Perkantas yang menilai Bintang INRI dan Farida Sitorus, sudah swadiri maka berkantas mengucapkan Sayonara kepada Farida Sitorus dengan Bintang INRI. PERKANTAS melepas Tanjung Pinggir kepada Farida Sitorus, karena mereka Percaya bahwa Farida bisa Eksis di Pelayanan Tanjung Pinggir, PERKANTAS merintis Pelayanan baru di Siborna, kecamatan Sidamanik, kabupaten Simalungun.
Selama 8 tahun (2010-2018), sejak Perkantas merintis Sopo Belajar di Tanjung Pinggir bersama Farida Sitorus, sudah ratusan anak-anak Tanjung Pinggir yang berhasil lulus dari SMA dan kini puluhan yangcsedangcstudy di PT Swasta maupun Negeri, padahal sebelum Perkantas hafir justru ratusan yang putus sekolah.
Berpisah dengan sukacita, memberi semangat tinggi kepada Perkantas dan Farida untuk meningkatkan bimbingan terhadap anak anak usia sekolah di wilayah TPA yang rawan putus sekolah ini.
Farida yang sudah menikah dengan Samuel membabtis Sopo Belajar mereka dengan nama Sopo Safari. Safari mereka angkat dari paduan singkat nama mereka berdua,vyakni Samuel- Farida disingkat SAFARI, sekaligus mengingatkan Samuel yang ber’safari’ dari tempat kelahirannya di Kupang Nusa Tenggara Timur ke Siantar di Sumatera Utara, untuk melayani anak-anak yang penuh keterbatasan,yang haus pendidikan.
Farida mendedikasikan Sopo Safari untuk anak anak tak mampu, sementara Bintang Inri yang telah mendapat Izin BPKM diorientasikan untuk melayani Pemerintah dan Masyarakat dengan harapan adanya Subsidi untuk mendukung Sopo Safari yang non profit.
Kini 10 tahun telah berlalu, Sopo Safari sedang menatap masa depan yang cerah bersama Anak-anak Pemulung Tanjung Pinggir, merenda masa depan yang penuh harapan, dukungan dari para Donatur selama 10 tahun menghantar anakanak pemulung ke masa depan yang lebih menjanjikan.
Jalan Sunyi yang ditempuh 10 tahun kini mulai meniti terang, Satu unit bangunan 2 lantai, sumbangan Satu Keluarga warga Siantar yang tidak ingin namanya terpublikasi, sedang dibangun, bangunan 8 x8 m, ini kelak menjadi markas Sopo Belajar bagi anak kurang mampu, maupun anak dengan orang tua yang mampu berdonasi.
Terimakasih para Donatur, pendukung serta seluruh saudara yang mendoakan Bintang Inri, Perkantas dan Sopo Safari agar tetap Eksis membimbing dan mendidik serta meliteradi anak anak Bangsa.