Simalungun BoaBoaNews.
Pandemic Copud 19, memporak porandakan semua system yang sudah tertata di segala line dalam pusaran Roda Kehidupan.
Sebagaimana menimpa system pendidikan yang tadinya tatap muka dalam/luar kelas,yang kini harus belajar dalam jaringan, yang lazim disebut, belajar online.
Aku dengan galau dan gelisah, antara marah dan bingung mengajari anakku untuk tidak lagi mengulangi kelakuannya yang berkelahi melalui aplikasi whats up, dengan teman sekolahnya akibat biaya taruhan yang kalah pada suatu ‘Game’ yang mereka mainkan setelah mereka menyepakati komitmen yang mereka bangun.
Taruhan ‘Game’ yang harus dilakukan oleh yang kalah kepada pemenang disepakati sebagai transaksi untuk ketrampilan si pemain. Yang paling trampil adalah pemenang, maka yang kalah harus bayar.
Persoalan muncul ketika pada satu kesempatan yang kalah ingkar untuk membayar, maka pertengkaran muncul dan disaat pertengkaran meningkat menjadi ”perkelahian’ online, maka berhamburanlah isi ‘kebun binatang’ dari mulut-mulut remaja-remaja yang seharusnya masih polos tersebut, namun apa daya pengaruh kurangnya ‘pengajaran asuh, asih,asah’ itu memicu kedewasan yang prematur pada anak anak tersebut.
Mau menangis aku menasihati anakku, aku tak tau mau bersikap apa, aku hanya bisa mengatakan, ‘jangan kau ulangi ya nak! Jangan sekali kali kau ulangi lagi ,Bermain Game dengan taruhan memutus persahabatanmu, membiasakan mulutmu mengucap kata-kata kotor ketika bertengkar dan adik-adik mu yang mendengar engkau menghamburkan kata-kata kotor akan ditiru adek2mu, ungkap Lambok menirukan kembali ucapannya ketika menasehati anaknya.
Orang tua yang juga Pangulu di salah satu Nagori di kecamatan Siantar itu menyesalkan, belajarcdaring yang kering, belajar yang tak menyertakan pendekatan moral dan budi pekerti, kebanyaksn belajar daring kaku dan hanya menjejalkan pelsjaran tanpa pendekatan metode yang baku yang memberi kenyamanan belajar bagi para siswa, seakan-akan hanya pemahaman menjawab soal-soal yang perlu tanpa menyentuh pendidikan moral dan budi pekerti, yang sebenarnya sangat penting.
System belajar Daring yang tak setiap waktu bisa didampingi orangtua siswa yang juga sibuk bekerja akhirnya tak bisa mengontrol anaknya mengoperasikan Gadget, yang semua orang tau sangat riskan ditangan seirang anak yang madih bau kencur, sementara disisi lain kemampuan anak mengutak atik Gadget, bisa menemukan fitur-fitur yang berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja yang haus informasi informasi tentang apa saja di kecanggihan gadget menguak aneka ragam informasi yang negatip dan saru (memalukan, red) informadi yang belum saatnya dikonsumsi anak2 dan remaja.
BoaBoaNews yang menyimak keluhan bung Lambok ini, dan sudah beberapa mendengar kelakuan negatip anak2 yang nyaris mirip dengan cerita Lambok, mencoba konfirmasi ke Kadis Dikjar Kabupaten Simalungun, namun beberapa kali dikontak namun Telepon genggamnya tidak aktip.
Di kesempatan diskusi dengan beberapa pemerhati dan pegiat literasi, BoaBoaNews menangkap kekawatiran yang sama, memang tidak seharusnya lemahnya pendidikan moral dan budi pekerti ditimpakan pada Guru/Sekolah semata, orangtua adalah pilar pendidikan paling utama, namun Pemerintah/Dinas Pendidikan harus meletakkan dasar2 nilai moralitas pada pendidikan dini dan dasar, agar mental, moral dan budi pekerti anak didik menjadi lebih kokoh dan tangguh serta lebih kuat menahan serangan dan benturan informasi kebablasan dari sisi negatip, alat yang kini sangat dibutuhkan setiap orang baik (anak anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia bahkan kakek nenek yang sudah uzur), benda yang bernama Android, berguna bagi yang cerdas memanfaatkannya namun bisa menjadi racun bagi yang tidak bisa membatasi diri, dan anak2 dan remaja serta pemuda yang tak memiliki moral yang kokoh bisa menjadi korban pemakaian Andoud ini.
Haraoan kita semua, Copud 19 dan variannya ini segera berlalu,sehingga anak sekolah bisa kembali belajar di ruang kelas, sementara copud masih merajalela, kiranya ahli2 informasi dan pendidikan bisa menemukan metide belajar daring yang bisa mencerdaskan anak sekolah, cerdas intelektual, cultural, moralitas, religiusitas dan kecerdasan-kecerdasan lainnya.(OR)